Jumat, 10 Mei 2013

Hafidzul Qur’an: adalah nikmat yang tiada terkira

TUHAN begitu penuh kasih kepada kita, penuh rasa sayang yang terpendar memayungi ratapan hati dan keinginan kita. Manusia berencana dan berbuat namun Tuhan jualah yang menentukan. Sungguh scenario Tuhan, jauh lebih fantastis dari produser-produser film manapun, dan kita, adalah actor terbaikNya di muka bumi. Masing-masing kita dianugerahi kelebihan untuk kita syukuri, dan kekurangan untuk kita perbaiki, jika Ippho Santosa mengatakan dari pada memperbaiki kekurangan, lebih baik mengoptimalkan dan mengasah kelebihan kita. Tidak bagi saya, kelebihan untuk terus kita syukuri dan ditempatkan sesuai kapasitasnya dan tentang kekurangan kita?tentu saja harus diperbaiki dunk, betul tidak??. Sebagian dari kita, diberi nikmat kesempatan dan sementara yang lain mencari dimana kesempatan itu disimpanNya, sebagian kita dipilih karena kita patut dipilih, namun sebagian yang lain, mematutkan diri untuk dipilih. Allah tahu apa yang kau mau, kawan…
keajaiban-al-quranSeorang hafadzatul quran yang didadanya terukir ayat-ayat alquran dan setiap sikap dan tingkah lakunya terpancar cahaya alquran maka sungguh inilah insane paripurna. Jika kita adalah bagian seorang itu, maka syukur tidak lah cukup dengan kata Alhamdulillah, penjagaannya membutuhkan pengorbanan dan ke-istiqomahan, sungguh (hafalan) alquran tidak diperoleh karena begitu cerdas dan pintarnya otak kita, tapi karena keistiqomahan dan rahim-Nya yang telah memilih kita. Tidak ada dalam literature kitab suci kita yang menyatakan bahwa para malaikat bersama orang-orang yang cerdas. Sungguh bersama orang-orang yang selalu istiqomah dijalanNya-lah malaikat akan turun dan melebarkan sayapnya, menaungi setiap langkah kita dan menjadikan hati para mukmin tenang dan tentram, kemudahan dalam segala urusan dan kelapangan dalam kehidupan. SubhanAllah, maha suci Allah atas segala nikmatNya.
Nikmat adalah amanah yang akan kita pertanggung jawabkan dihadapanNya, nikmat adalah sesuatu yang tersandar dalam diri kita untuk kita tunaikan sesuai tempatnya. Diri kita adalah putih, hati kita begitu bening, maka saat nikmat itu tidak tertunaikan, maka serpihan debu menghalangi pantulan cahayanya, pantulan kebaikan tak kan memancar dari hati yang tertutup oleh kabut kesombongan dan kepongahan. Mungkin kita beranggapan, ahh… memang diri ini pantas untuk mendapatkan nikmat ini, karena saya memang pantas. Saya pantas mendapatkan alquran, karena saya cerdas. Saya pantas kaya, karena saya adalah pekerja handal. Sekali lagi tidak saudaraku… sungguh ini karena rahman dan rahimNya pada kita. Ummat yang selalu ingkar dan bermaksiat padaNya! -semoga Allah menjaga kita dari hal-hal yang menjauhkan kita padaNya-
Alquran membawa syafaat bagi ahlinya, maka jangan pernah ingkar dan berpaling darinya. Karena disamping alquran menjadi hujjah bagi kita, tapi juga bisa menjadi hujatan atas kita. Saya teringat dengan pesan almarhum kyai Idris jauhari (allahummaghfirlahu), pimpinan dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Amien, “Anakku… kamu sudah hafal Kaamilul Quran?” saya jawab singkat, Alhamdulillah sudah, Pak Kyai, “Bagaimana dengan pendidikanmu?”, Alhamdulillah sudah menyelesaikan s1 pak kyai, “ingat nak… s1 itu hanya formal, dan pendidikan formal itu hanya untuk wet ma gewet (sok-sok gawat-madura-) tok!, alquran-mu lah yang paling berharga, maka saat alquran pergi darimu, maka sungguh telah lepas selimut kehormatan darimu! Dijaga anakku…”.
Untuk saudara-saudaraku yang sedang diguyur kenikmatan dan keberkahan.
Untuk rekan-rekan yang akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi…
Untuk adik-adikku yang sebentar lagi akan diwisuda alqurannya…
Jika kita menghidupkan alquran, maka sungguh alquran akan menghidupkan kita, dan ingat! Jangan mencari penghidupan dari alquran, tapi hiduplah dengan menghidupi alquran. Semoga Allah menganugerahkan keberkahan umur, rizki yang halal, dan ilmu yang bermanfaat. Amien…

0 komentar:

Posting Komentar