Percaya dengan kata “kebetulan”?. Kebetulan saya masuk pondok, lalu hafidh (Hafal) alquran. Kebetulan saya bekerja disini dan karir melambung tinggi sehingga saya sukses. Kebetulan saya bertemu dengannya, lalu saya suka padanya. Kebetulan saya lewat sini, lalu terjatuh, atau apapun bentuk kebetulan itu baik yang berujung baik atau buruk. Toh, bumi dan isinya diciptakan-Nya secara “kebetulan”? iya kah?.
Tinta ketetapannya telah mengerik, coretan pena takdir telah ditorehkan rapi dalam catatan panjang dilauh mahfudz sana. Rasanya tidak ada kata “kebetulan” dalam kamus-Nya. “Oh, maaf.. saya kebetulan saja menulis makalah ini”, rasanya aneh dan kurang logis kayaknya, betul??. Tidak ada apapun yang olehNya diciptakan atau terjadi secara kebetulan, karena “kebetulan” itu sendiri adalah proses, cara atau pembelajaran dari Tuhan untuk mendidik kita, dan bukankah “kebetulan” itu sendiri lahir dari suatu pilihan?. kita masuk pondok, karena kita memilih entah itu dalam keadaan terpaksa atau tidak. Kita bekerja dan sukses adalah karena kita memilih untuk berusaha. Rasa suka padanya, dan mengapa suka itu ada adalah karena kita memilihnya, yang kemudian kita sebut dengan “kebetulan”.
Yup, benar… kata “kebetulan” hanya ada dalam kamus kita. Namun, percaya atau tidak, sesuatu yang besar (baca: keajaiban) banyak lahir dari “kebetulan-kebetulan” kecil. Kita ulangi dan kita garis bawahi, “kebetulan-kebetulan”, bukan “kebetulan” saja, dalam artian keajaiban lahir dari beberapa “kebetulan”. Kita hafidz (hafal) al-Quran karena kebeteluan kita dari pondok tahfidh, kebetulan kita semangat dan mampu, kebetulan kita rajin, dan kebetulan kita sabar. Oh iya..satu lagi, kebetulan Allah memilih kita. Saya Suka Padanya, karena kebetulan saya dipertemukan dengan nya, kebetulan saya memilihnya, kebetulan saya ingin menjadikannya permaisuri hati. Dan bukan karena dia cantik lalu saya suka padanya, tapi karena saya suka padanya maka dia terlihat cantik. Nah begitu halnya dengan hafidh, bukan karena hafidh lalu kita rajin dan dipilih-Nya, justru karena kita rajin dan Allah memilih-lah maka kita menjadi Hafidh. Alaisa kadzaalik??
Terlalu banyak kebetulan di dunia ini yang sayang sekali untuk dilewatkan, dan kebetulanku yang paling luar biasa adalah “kebetulan”-ku belajar dan mengenal-“nya”. Lalu, bagaimana dengan mu?.
0 komentar:
Posting Komentar