Selasa, 09 April 2013

Kebetulan-Ku

Percaya dengan kata “kebetulan”?. Kebetulan saya masuk pondok, lalu hafidh (Hafal) alquran. Kebetulan saya bekerja disini dan karir melambung tinggi sehingga saya sukses. Kebetulan saya bertemu dengannya, lalu saya suka padanya. Kebetulan saya lewat sini, lalu terjatuh, atau apapun bentuk kebetulan itu baik yang berujung baik atau buruk. Toh, bumi dan isinya diciptakan-Nya secara “kebetulan”? iya kah?.
Tinta ketetapannya telah mengerik, coretan pena takdir telah ditorehkan rapi dalam catatan panjang dilauh mahfudz sana. Rasanya tidak ada kata “kebetulan” dalam kamus-Nya. “Oh, maaf.. saya kebetulan saja menulis makalah ini”, rasanya aneh dan kurang logis kayaknya, betul??. Tidak ada apapun yang olehNya diciptakan atau terjadi secara kebetulan, karena “kebetulan” itu sendiri adalah proses, cara atau pembelajaran dari Tuhan untuk mendidik kita, dan bukankah “kebetulan” itu sendiri lahir dari suatu pilihan?. kita masuk pondok, karena kita memilih entah itu dalam keadaan terpaksa atau tidak. Kita bekerja dan sukses adalah karena kita memilih untuk berusaha. Rasa suka padanya, dan mengapa suka itu ada adalah karena kita memilihnya, yang kemudian kita sebut dengan “kebetulan”.

Yup, benar… kata “kebetulan” hanya ada dalam kamus kita. Namun, percaya atau tidak, sesuatu yang besar (baca: keajaiban) banyak lahir dari “kebetulan-kebetulan” kecil. Kita ulangi dan kita garis bawahi, “kebetulan-kebetulan”, bukan “kebetulan” saja, dalam artian keajaiban lahir dari beberapa “kebetulan”. Kita hafidz (hafal) al-Quran karena kebeteluan kita dari pondok tahfidh, kebetulan kita semangat dan mampu, kebetulan kita rajin, dan kebetulan kita sabar. Oh iya..satu lagi, kebetulan Allah memilih kita. Saya Suka Padanya, karena kebetulan saya dipertemukan dengan nya, kebetulan saya memilihnya, kebetulan saya ingin menjadikannya permaisuri hati. Dan bukan karena dia cantik lalu saya suka padanya, tapi karena saya suka padanya maka dia terlihat cantik. Nah begitu halnya dengan hafidh, bukan karena hafidh lalu kita rajin dan dipilih-Nya, justru karena kita rajin dan Allah memilih-lah maka kita menjadi Hafidh. Alaisa kadzaalik??

Mungkin sebagaian kita kurang sepakat, menyandingkan Hafidh alquran dengan “saya suka padanya” sebagai sesuatu yang besar (suatu keajaiban). Baiklah, rasanya kita sepakat bahwa menghafal alquran adalah pekerjaan yang luarbiasa, karena selain sulit, butuh kerja keras, sabar dan ikhlas, ada satu faktor lagi yang ini hanya dimiliki-Nya, yakni pilihan-Nya. Yup… seorang hafidh adalah karena Dia memilih, sehebat apapun kita, meski daftar nominasi dan criteria sudah kita lengkapi untuk menjadi hafidh al-qur’an, hanyalah factor terpilih-lah yang membuat kita berbeda, seperti yang telah diterangkannya dalam alquran surah al-ankabut ayat 49. Namun, halnya dengan “Saya Suka Padanya” inikan masalah perasaan sehingga ukurannya akan menjadi relative bagi setiap person, hmm… iya kah?. Saya mempunyai sudut pandang yang berbeda tentang kalimat ini. Perasaan suka adalah suatu pilihan yang berani dan wibawa, karena setelah memilih, kita dihadapkan pada suatu kondisi dan konsekwensi yang ada. Berbicara suka, berarti kita berbicara rasa, maka jangan bertanya “mengapa” pada Rasa!, bahasa kita tidak mampu mendefinisikan dan kuas itu terlalu kasar melukiskannya, hanya berupa gejala-gejala dan sifatnya saja yang mampu ceritakan dan digambarkan. Rasa itu pilihan, dan karenanya yang lemah menjadi kuat, yang redup menjadi terang dan yang buruk menjadi indah dan baik. Rasa itu adalah keajaiban, karena tidak semua orang memiliki dan teranugerahi. Tidak semua orang mampu membawanya, tidak semua orang mampu merangkulnya, justru tidak sedikit orang yang berusaha merangkul dan membawanya, justru tertatih dan jatuh dalam lumpur dosa dan durhaka. Mencintai itu kesatria, seperih apapun sayatan pedang perasa. Upz… kembali ke materi awal kita tentang “kebetulan”.
Terlalu banyak kebetulan di dunia ini yang sayang sekali untuk dilewatkan, dan kebetulanku yang paling luar biasa adalah “kebetulan”-ku belajar dan mengenal-“nya”. Lalu, bagaimana dengan mu?.

0 komentar:

Posting Komentar