Saat pagi masih terselimuti embun, matahati belum juga
meninggi. Gemuruh suara para calon huffadz mengaji dan memurajaah hafalannya. Seorang
santri datang dan kepada gurunya, dengan penuh harap dan wajah yang tawadhu,
santri tersebut berkata “ustadz.. mungkin tidak? Saya bisa ikut wisuda 30 juz tahun
ini?”. Sambil tersenyum guru tersebut menjawab, “Nak… ingat tidak, bahwa kurang
lebih 10 bulan yang lalu kamu bertanya hal yang relative sama dengan
pertanyaanmu barusan, “Ustadz… mungkin tidak, saya khatam tahun ini?”, padahal
saat itu kamu baru menyelesaikan juz 13, selama rentang waktu 3 tahun
perjalananmu di Pondok ini, ingatkah?.

Anakku… ada kenikmatan dan kelezatan dalam ketidaktahuan. Tahukan
nabi kita Ibrahim, saat akan menyembeleh putra terkasihnya ismail, saat pisau
sudah menempel dikerongkongan ismail, lalu Allah menggantinya dengan Domba?,
tidak!. Tahukah nabi Nuh, ketika diperintahkan allah membuat perahu diatas
gunung, sementara kaumnya mencomooh Nuh sebagai orang gila, akan terjadi banjir
besar?, tidak! Beliau tidak tahu. Tahu kah nabi kita Musa As, ketika
diperintahkan untuk menyelamatkan kaumnya dari cengkraman firaun, sampai ketepian
laut merah, bahwa ketika beliau mengangkat tongkat dan memukulkannya kelaut,
laut akan terbelah?, sekali lagi jawabannya tidak!. Lalu apa yang membuat para
rasul tersebut melaksanakannya?, Keyakinan!!!, benar, jawabannya keyakinan akan
adanya tuhan, keyakinan akan perintah tuhan!. Halnya dirimu, apakah kamu
berpikir kamu akan khatam dalam waktu kurang dari satu tahun sementara selama 3
tahun, kamu baru menyelesaikan 13 juz hafalanmu. Namun rahmat allah luas, 10 bulan
itu terlalui, dan allah menakdirkanmu mampu mengkhatamkannya!. Bukankah begitu
anak ku?.
Terlihat raut wajahnya tertunduk lalu berkata, ustadz..
hafalan saya banyak yang “merotol”, bagaimana saya bisa wisuda tahun ini,
sementara waktu wisuda tinggal satu bulan?”. Guru tersebut tersenyum, “Nak…
apakah kamu punya keyakinan yang sama seperti halnya kepercayaan para rasul
tadi atas kalimatullah?, bukankah Allah mengatakan dalam alquran, “sungguh
telah kami mudahkan al-Quran untuk diingat, lalu adakah yang mau mengingatnya?”.
Nak.. inna rahmatallahi waasi’ah. Rahmat Allah begitu luas, lalu mengapa kita
mau membatasi? Tugas kita adalah berusaha, berjuang dan ikhlas, Allah
yang maha menetapkan. Kita tidak tahu takdir kita bulan depan, berusahalah dan
tunggulah kabar baik dari Allah, layaknya 10 bulan yang lalu sampai Allah
memutuskan takdirmu sekarang, sebagai hamba terpilih khatam setoran hafalan Al-Qur'an. Selama kita terus berusaha, selama
kita mempunyai azam yang luarbiasa, guru yang selalu membimbing, ikhlas
dan mendoakan kesuksesan kita, lebih-lebih ibu kita yang selalu menangisi kita dalam
setiap doanya, maka yakinlah usaha kita sampai!. Yakin usaha kita sampai.
#Untuk anak-anak didikku yang luarbiasa, MTA Al-Amien Prenduan, 9 Mei 2015
Kesaratan makna dlm sebuah kesederhanaan...
BalasHapusSubhanallah..