Minggu, 10 Mei 2015

Ada Hikmah dalam Ketidaktahuan Kita?

Saat pagi masih terselimuti embun, matahati belum juga meninggi. Gemuruh suara para calon huffadz mengaji dan memurajaah hafalannya. Seorang santri datang dan kepada gurunya, dengan penuh harap dan wajah yang tawadhu, santri tersebut berkata “ustadz.. mungkin tidak? Saya bisa ikut wisuda 30 juz tahun ini?”. Sambil tersenyum guru tersebut menjawab, “Nak… ingat tidak, bahwa kurang lebih 10 bulan yang lalu kamu bertanya hal yang relative sama dengan pertanyaanmu barusan, “Ustadz… mungkin tidak, saya khatam tahun ini?”, padahal saat itu kamu baru menyelesaikan juz 13, selama rentang waktu 3 tahun perjalananmu di Pondok ini, ingatkah?.

Nak.. suatu ketika ada seorang Profesor, memberikan suatu perkuliahan ditengah para mahasiswa-mahasiswinya, dan bertanya, “Apakah Tuhan, menciptakan semuanya?”, lalu spontan seluruh mahasiswa-mahasiswi tersebut menjawab serempak, “Iya!!”. “jika Tuhan menciptakan semuanya, berarti Tuhan jualah yang menciptakan cahaya, Tuhan yang menciptakan semua alam dan isinya?”, para mahasiswa menjawab, “iya, benar prof..”, professor tersebut melanjutkan, “berarti Tuhan pula yang menciptakan kebaikan, dan demikian halnya, Tuhanlah yang menciptakan kejahatan dan kebatilan, bukankah kejahatan dan kebatilan itu ada??”, mahasiswa-mahasiswi terdiam. Namun seorang dari mereka mengangkat tangan dan bertanya “Prof.. apakah gelap itu ada?’, “iya”, jawab sang professor”. Mahasiswa tersebut menjawab, “bapak salah, gelap itu tidak ada, yang ada adalah ketiadaan gelap, buktinya kita tidak mampu mengukur seberapa gelap, yang mampu kita lihat dan kita ukur, berapa intensitas cahaya tersebut”. Lalu mahasiswa tersebut melanjutkan pertanyaannya, “prof.. apakah dingin itu ada”, lag-lagi sang professor menjawab, “iya, ada!”. “Sekali lagi professor salah, dingin itu tidak ada, yang ada adalah ketiadaan panas, bukankah panas bisa kita ukur dengan pengukur suhu, semantara dingin?”, sang mahasiswa menanggapi. 
Anakku… ada kenikmatan dan kelezatan dalam ketidaktahuan. Tahukan nabi kita Ibrahim, saat akan menyembeleh putra terkasihnya ismail, saat pisau sudah menempel dikerongkongan ismail, lalu Allah menggantinya dengan Domba?, tidak!. Tahukah nabi Nuh, ketika diperintahkan allah membuat perahu diatas gunung, sementara kaumnya mencomooh Nuh sebagai orang gila, akan terjadi banjir besar?, tidak! Beliau tidak tahu. Tahu kah nabi kita Musa As, ketika diperintahkan untuk menyelamatkan kaumnya dari cengkraman firaun, sampai ketepian laut merah, bahwa ketika beliau mengangkat tongkat dan memukulkannya kelaut, laut akan terbelah?, sekali lagi jawabannya tidak!. Lalu apa yang membuat para rasul tersebut melaksanakannya?, Keyakinan!!!, benar, jawabannya keyakinan akan adanya tuhan, keyakinan akan perintah tuhan!. Halnya dirimu, apakah kamu berpikir kamu akan khatam dalam waktu kurang dari satu tahun sementara selama 3 tahun, kamu baru menyelesaikan 13 juz hafalanmu. Namun rahmat allah luas, 10 bulan itu terlalui, dan allah menakdirkanmu mampu mengkhatamkannya!. Bukankah begitu anak ku?.
Terlihat raut wajahnya tertunduk lalu berkata, ustadz.. hafalan saya banyak yang “merotol”, bagaimana saya bisa wisuda tahun ini, sementara waktu wisuda tinggal satu bulan?”. Guru tersebut tersenyum, “Nak… apakah kamu punya keyakinan yang sama seperti halnya kepercayaan para rasul tadi atas kalimatullah?, bukankah Allah mengatakan dalam alquran, “sungguh telah kami mudahkan al-Quran untuk diingat, lalu adakah yang mau mengingatnya?”. Nak.. inna rahmatallahi waasi’ah. Rahmat Allah begitu luas, lalu mengapa kita mau membatasi? Tugas kita adalah berusaha, berjuang dan ikhlas, Allah yang maha menetapkan. Kita tidak tahu takdir kita bulan depan, berusahalah dan tunggulah kabar baik dari Allah, layaknya 10 bulan yang lalu sampai Allah memutuskan takdirmu sekarang, sebagai hamba terpilih khatam setoran hafalan Al-Qur'an. Selama kita terus berusaha, selama kita mempunyai azam yang luarbiasa, guru yang selalu membimbing, ikhlas dan mendoakan kesuksesan kita, lebih-lebih ibu kita yang selalu menangisi kita dalam setiap doanya, maka yakinlah usaha kita sampai!. Yakin usaha kita sampai.


 #Untuk anak-anak didikku yang luarbiasa, MTA Al-Amien Prenduan, 9 Mei 2015

1 komentar: